Minggu, 23 Juni 2013

berbuat baik = buang angin

lama saya tak menulis, kejadian beberapa hari yang lalu, menggelitik saya untuk kembali menuangkan apa yang ada di pikiran saya ke dalam bentuk tulisan.. aneh yah judulnya, okeh, baca dulu tulisannya ;)


"kemana sedekah itu akan bermuara?, apakah sedekah yg di berikan sampai k pada yg di tuju ?"

pertanyaan ini yg sempat mampir ke telinga  saya.



sekilas ingatan saya mengenang masa lalu salah seorang sahabat saya, sebut saja namanya A.
A ini seorang piatu yang di tinggl ibu nya ketika dy msh berumur kurang dari 1th, dan d waktu bersamaan ayahnya pun pergi meninggalkanya, A beserta kakaknya d besrakan oleh neneknya,
di setiap ramadhan di kampung itu, akan selalu ada pembagian santunan utk anak2 yatim piatu, dan itu berlanjut setiap tahunnya, tanpa si penerima santuan tahu siapa yang memberikan mereka santunan, bahkan si penyantun pun tak pernah mencari tahu apakah amanah itu d sampaikan dg sempurna atau tidak.

sampai suatu ketika, si pemberi santunan turun langsung utk memberikan santunannya, ternyata banyak hal yg tak sesuai dg yg selama ini terjadi, ya, dana santunan yg di kirim selama ini, tak semuanya sampai ke pada yg berhak, dimana berkurangnya dana itu?  hanya penyantun yang tau. siapa dalangnya,

tp semua itu tak menyuruti langkah nya untuk tetap menyantuni, fakta itu dy simpan sendiri, santunan tiap tahun itu tetap berjalan.

dari kisah ini dapat di lihat, walaupun dalam berbuat baik itu banyak "kejanggalan" di lapangan, tapi sesungguhnya itu tidak akan membuat si pemberi dan si penerima santunan rugi, malah sekarang yang saya tahu, si bapak penyantun itu memiliki usaha yang makin berkembang pesat, dan kisah sahabat saya dan kakak2nya td mampu menyelesaikan pendidikannya, bahkan sampai ke jenjang mahasiswa,

dr kisah ini saya menarik kesimpulan,"apapun yang terjadi yang tak terlihat, sesungguhnya allah telah merencanakan sesuatu yg jauh lebh indah untk keduanya"

dan orang bijak itu tidak memprotes tapi memberi suri tauladan.


selang beberapa tahun kemudian allah mempertemukan saya dengan sahabat saya ini, saat itu, dy sudah merantau ke luar pulau, dan sudah hidup mandiri.
Di pertemuan itu terkuak rahasia, bahwa ternyata sepeninggal ibunya, ibunya telah menyiapkan perhiasan emas, utk biaya kehidupan dy dan kakaknya, tp apa daya harta itu d simpan oleh pihak lain, ketika saya menanyakan kenapa harta itu tidak di minta, dy jawab, kalo memang itu rejeki saya allah akan memberikannya ke saya, tp kl itu bukan rejeki saya, pasti allah telah menyiapkan gantinya,

jawaban yg sederhana tp penuh akan keyakinan terhadap tuhan.


terkadang dalam bersedekah seperti kita sedang buang angin, yang tak pernah kita pikirkan kemana angin itu akan bermuara, atau dalam kata lain , sedekah itu = action , tak perlu logika,


kita hidup utk menebar kebaikan, bukan utk mengatur, karna sang maha pengatur lebih berhak akan hal itu, jangan hanya karna segelintir lingkungan yang kurang amanah, kita jadi berpikir 2 kali utk berbuat baik, cukup yakini diri, bahwa ada DIA yang maha melihat, so mari kita laksanakan tugas kita, tebar kebaikan sebanyak mungkin, yakinlah tak akan ada yang sia2, semuanya telah di atur, bukankah sehelai daun yang jatuh pun tak luput dari kehendakNYA.

dan mulai saat ini, mari kita kokohkan keyakinan kita kepada sang khalik, bukan mencari2 kemana arah sedekah kita,


bagi yg masih mempertanyakan kemana arahnya, sebenarnya pengen tau? atau kepercayaan kepada tuhan yang mulai memudar?

kato amak => "pikiakan apo nan kadi katokan, tp pantang mangatokan apo nan tapikia"
-maulid-

dibawah saya sertakan sabda rasul tentang hal ini,

Abu Hurairah r.a. berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Seorang laki-laki dari Bani Israil telah berkata, ‘Saya akan bersedekah.’ Maka pada malam hari ia keluar untuk bersedekah. Dan ia a telah menyedekahkannya (tanpa sepengetahuannya) ke tangan seorang pencuri. Pada keesokan harinya, orang-orang membicarakan peristiwa itu, yakni ada seseorang yang menyedekahkan hartanya kepada seorang pencuri. Maka orang yang bersedekah itu berkata, “Ya Allah, segala puji bagi-Mu, sedekah saya telah jatuh ke tangan seorang pencuri.” Kemudian ia berkeinginan untuk

bersedekah sekali lagi. Kemudian ia bersedekah secara diam-diam, dan ternyata sedekahnya jatuh ke tangan seorang wanita (ia beranggapan bahwa seorang wanita tidaklah mungkin menjadi seorang pencuri). Pada keesokan paginya, orang-orang kembali membicarakan peristiwa semalam, bahwa ada seseorang yang bersedekah kepada seorang pelacur. Orang yang memberi sedekah tersebut berkata, “Ya Allah, segala puji bagi-Mu, sedekah saya telah sampai ke tangan seorang pezina.”

Pada malam ketiga, ia keluar untuk bersedekah secara diam-diam, akan tetapi sedekahnya sampai ke tangan orang kaya. Pada keesokan paginya, orang-orang berkata bahwa seseorang telah bersedekah kepada seorang kaya. Orang yang telah memberi sedekah itu berkata, “Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Sedekah saya telah sampai kepada seorang pencuri, pezina, dan orang kaya.”

Pada malam berikutnya, ia bermimpi bahwa sedekahnya telah dikabulkan oleh Allah swt. Dalam mimpinya, ia telah diberitahu bahwa wanita yang menerima sedekahnya tersebut adalah seorang pelacur, dan ia melakukan perbuatan yang keji karena kemiskinannya. Akan tetapi, setelah menerima sedekah tersebut, ia berhenti dari perbuatan dosanya. Orang yang kedua adalah orang yang mencuri karena kemiskinannya. Setelah menerima sedekah tersebut, pencuri tersebut berhenti dari perbuatan dosanya. Orang yang ketiga adalah orang yang kaya, tetapi ia tidak pernah bersedekah. Dengan menerima sedekah tersebut, ia telah mendapat pelajaran dan telah timbul perasaan di dalam hatinya bahwa dirinya lebih kaya daripada orang yang memberikan sedekah tersebut. Ia berniat ingin memberikan sedekah lebih banyak dari sedekah yang baru saja ia terima. Kemudian, orang kaya itu mendapat taufik untuk bersedekah.” (Kanzul-‘Ummâl)

disadur dari tulisan fb
jakarta, 22 maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar