Minggu, 23 November 2014

hitam putih



Nak,

Suatu saat nanti, mungkin kau akan bertemu dg orang2 yang menomor satukan uang. Bekerja demi uang, melakukan sesuatu demi uang. Demi jabatan.

Sungguh mereka bisa saja memutar balikkan fakta, mereka bs saja baik di depanmu, tapi lihatlah ketika mereka berada d posisi berbeda. Mereka pun berbalik membelakangimu. Semua demi uang, demi jabatan, demi pencitraan.

Tak peduli lagi mana yang haq dan mana yang bathil.

Pastikan, orang itu bukanlah kau, nak!

Jumat, 21 November 2014

Sajak jangan sedih yah


Kau terlahir sebagai anak yg tak ber ibu, d belahan bumi sana jg banyak anak2 yg bernasib sama dg mu, d tinggal mati ibunya.
Jangan sedih yah.

Atau mungkin kau juga d tinggal ayahmu,
Dibelahan bumi lainpun jg banyak anak2 yg bernasib serupa dg mu, bahkan nabi muhammad pun jg d tinggal ayahnya sebelum beliau lahir.
Jangan sedih yah.

Penampilanmu biasa? Kau tak punya uang banyak utk merubah penampilanmu, atau mungkin mereka memandangmu "aneh" , sekali lg jangan sedih yah, bukankah DIA melihat dr iman bukan dr tampilan?

kau jg tak punya alat2 canggih yg bs mengirimkan apa sajah, yg super canggih, serba ada. sekali lagi jangan lah sedih. Kau punya DOA, alat super duper canggih, tanpa perantara, langsung tertuju kepadaNYA,
Jangan sedih yah.

ALLAH ada *rose

-maulid-
depok,20 november 2014

Selasa, 11 November 2014

Tentang Doa




Bukan soal harta,
Bukan soal penglihatan mata
Bukan soal profesi atau jabatan
Tapi tentang rasa
Rasa yg ada di hati
Hati yang menuju ridho ilahi
Tentang Raga yg akan melindungi
Tentang Jiwa yang akan membimbing
Serta tentang doa

Tentang doa
Yang akan selalu menjaga
Tentang doa
Yang bisa melepaskan semua beban d pundak
Tentang doa
Yang bisa membuka kunci2 kesempatan
Tentang doa
Yang bisa menembus langit
Tentang doa
Yang bisa membuka pintu2 kebahagian

Doa IBU
Salam hormat untuk semua ibu
*rose
Al-fatihah

Senin, 10 November 2014

Titip Ibuku Ya Allah







" Nak, bangun... udah adzan subuh. Sarapanmu udah ibu siapin di meja..."

Tradisi ini sudah berlangsung 20 tahun, sejak pertama kali aku bias
mengingat. Kini usiaku sudah kepala 3 dan aku jadi seorang karyawan
disebuah Perusahaan Tambang, tapii kebiasaan Ibu tak pernah berubah.



" Ibu sayang... ga usah repot-repot Bu, aku dan adik-adikku udah dewasa"

Pintaku pada Ibu pada suatu pagi. Wajah tua itu langsung berubah. Pun
ketika Ibu mengajakku makan siang di sebuah restoran. Buru-buru
kukeluarkan uang dan kubayar semuanya. Ingin kubalas jasa Ibu selama
ini dengan hasil keringatku. Raut sedih itu tak bisa disembunyikan.
Kenapa Ibu mudah sekali sedih ? Aku hanya bisa mereka-reka, mungkin
sekarang fasenya aku mengalami kesulitan memahami Ibu karena dari
sebuah artikel yang kubaca .... orang yang lanjut usia bisa sangat
sensitive dan cenderung untuk bersikap kanak-kanak ..... tapi
entahlah.... Niatku ingin membahagiakan malah membuat Ibu sedih.
Seperti biasa, Ibu tidak akan pernah mengatakan apa-apa.



Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya, " Bu, maafin aku kalau
telah menyakiti perasaan Ibu. Apa yang bikin Ibu sedih ? "

Kutatap sudut-sudut mata Ibu, ada genangan air mata di sana .
Terbata-bata Ibu berkata, " Tiba-tiba Ibu merasa kalian tidak lagi
membutuhkan Ibu. Kalian sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri
sendiri. Ibu tidak boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kalian, Ibu
tidak bisa lagi jajanin kalian. Semua sudah bisa kalian lakukan
sendiri ".



Ah, Ya Allah, ternyata buat seorang Ibu .. bersusah payah melayani
putra-putrinya adalah sebuah kebahagiaan. Satu hal yang tak pernah
kusadari sebelumnya. Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang
tua menjadi sedih karena kita tidak berusaha untuk saling membuka
dirii melihat arti kebahagiaan dari sudut pandang masing-masing.



Diam-diam aku bermuhasabah. ... Apa yang telah kupersembahkan untuk
Ibu dalam usiaku sekarang ? Adakah Ibu bahagia dan bangga pada putera
putrinya ? Ketika itu kutanya pada Ibu, Ibu menjawab, " Banyak sekali
nak kebahagiaan yang telah kalian berikan pada Ibu. Kalian tumbuh
sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan . Kalian berprestasi di
sekolah adalah kebanggaan buat Ibu. Kalian berprestasi di pekerjaan
adalah kebanggaan buat Ibu . Setelah dewasa, kalian berprilaku
sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu kebahagiaan buat Ibu. Setiap
kali binar mata kalian mengisyaratkan kebahagiaan di situlah
kebahagiaan orang tua."



Lagi-lagi aku hanya bisa berucap, " Ampunkan aku ya Allah kalau selama
ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada Ibu. Masih banyak
alasan ketika Ibu menginginkan sesuatu. "



Betapa sabarnya Ibuku melalui liku-liku kehidupan. Sebagai seorang
wanita karier seharusnya banyak alasan yang bisa dilontarkan Ibuku
untuk "cuti" dari pekerjaan rumah atau menyerahkan tugas itu kepada
pembantu. Tapi tidak! Ibuku seorang yang idealis. Menata keluarga,
merawat dan mendidik anak-anak adalah hak prerogatif seorang ibu yang
takkan bisa dilimpahkan kepada siapapun. Pukul 3 dinihari Ibu bangun
dan membangunkan kami untuk tahajud. Menunggu subuh Ibu ke dapur
menyiapkan sarapan sementara aku dan adik-adik sering tertidur lagi...
Ah, maafin kami Ibu .... 18 jam sehari sebagai "pekerja" seakan tak
pernah membuat Ibu lelah.. Sanggupkah aku ya Allah ?



" Nak... bangun nak, udah azan subuh .... sarapannya udah Ibu siapin
dimeja.. " Kali ini aku lompat segera.. kubuka pintu kamar dan
kurangkul Ibu sehangat mungkin, kuciumi pipinya yang mulai keriput,
kutatap matanya lekat-lekat dan kuucapkan, " Terimakasih Ibu, aku
beruntung sekali memiliki Ibu yang baik hati, ijinkan aku
membahagiakan Ibu...". Kulihat binar itu memancarkan kebahagiaan. ..
Cintaku ini milikmu, Ibu... Aku masih sangat membutuhkanmu. .. Maafkan
aku yang belum bisa menjabarkan arti kebahagiaan buat dirimu..



Sahabat.. tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat
"aku sayang padamu... ", namun begitu, Rasulullah menyuruh kita untuk
menyampaikan rasa cinta yang kita punya kepada orang yang kita cintai
karena Allah.



Ayo kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita ... Ibu
dan ayah walau mereka tak pernah meminta dan mungkin telah tiada.
Percayalah.. kata-kata itu akan membuat mereka sangat berarti dan
bahagia.



Wallaahua'lam



"Ya Allah, cintai Ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan
Ibu..., dan jika saatnya nanti Ibu Kau panggil, panggillah dalam
keadaan khusnul khatimah. Ampunilah segala dosa-dosanya dan sayangilah
ia sebagaimana ia menyayangi aku selagi aku kecil "

Sabtu, 08 November 2014

NASEHAT MANDEH SITI JAUHARI








CILOTEH TANPA SUARA- Siang kemaren , berkaitan dengan status saya yang berjudul  “baranak balam” ada yang bertanya melalui inbox  apa nasehat seorang ibu terhadap anak perempuannya  yang mau menikah pada bulan Januari 2014 , sehubungan dia telah lama merantau dia menginginkan sebuah nasehat terhadap perempuan menurut adat minangkabau.

Saya menjawab nasehat seperti apa yang akan diberikan kepada anak perempuan, baca sajalah status saya yang berjudul “PUTRIKU ! “ BUNGA MEKAR HANYA SEKALI “ dan “KAMI TUNGGU DENGAN RASA BAHAGIA DAN SENANG HATI” namun dia tetap menginkan sebuah nasehat untuk perempuan minang.

Ingatan saya terbayang pada tahun 1983-1985  pada sebuah buku yang berjudul RANCAK DILABUAH, Karangan Datuk Paduko Alam dan Sutan Pamutjak . Buku ini sering saya baca bersama almarhum ibunda , ceritanya penuh dengan nasehat-nasehat terhadap anak –anak bagaimana hidup bermasyarakat di minangkabau.
Inilah cukilan cerita Rancak di Labuah tentang nasehat mandeh Siti Jauhari kepada anaknya Siti Budiman, semoga ada manfaatnya... buat PUTI JANUARI yang akan menikah di bulan januari 2014.

**********
Alahkoh dapek dek nak kanduang, ilimu urang basuami”. Manjahuik Siti Budiman: “Kok itu mandeh tanyokan, mandeh maliek tiok hari, ambo nan tidak turun tanah, duduak di ateh rumah sajo, tidak bajalan kiri kanan, siapo pulo ka maaja, mandeh nan balun manunjuakkan, mandeh lah lupo tantang itu”.
Manjawab Siti Jauhari: “Anak denai Siti Budiman, makan pahamnyo aluih-aluih, danga pangaja mandeh kanduang, pituah dari ninik kau, iolah ayah kanduang mandeh, nan bagala Tuanku Rajo Bana. Ilimu urang basuami. Kok sampai anak basuami, pabaiak piil kalakuan, paelok laku jo taratik. Datang suami dari jauah, sambuik jo muko nan manih, hidangkan minum makannyo, paliekkan hati nan suci. Kok barundiang samo gadang, calonyo usah dibukakkan, tutuik dek anak mati-mati. Inyo kok tidak datang amek, atau kok tidak kunjuang pulang, jangan maupek tantang itu, kana kok banyak sangsaronyo, ridha jo saba palabiahkan. Urang saba kasihan Allah. Kalau maraso-raso juo, kok tak manyanang dalam hati, liekkan inyo sadang riang, katiko suko sandirinyo, singguang sakitiak jo kiasan. Kalau lai suami urang baiak, gadang raso dalam hatinyo, inyo dicancang jo nan maja, jangan dicatuak jo nan tajam. Sabuah pulo o nak kanduang, pihak makanan jo minumannyo, dihasiakan sanantiaso, tasaji baiak dalam dulang. Kok datang urang mananyokan, baduto upiak saketek, asuang pitanah nak jan lalu, baru turun sabanta ko, agak balun ka jauah bana, imbau jo baso urang nantun, dipasinggah naiak ka rumah, maminum aia nan saraguak, tandonyo kito urang baiak, jadi sabutan salamonyo. Sabagai pulo o nak kanduang, kalau takana nak ka pakan, atau kamano ka dituruik, mamintak ijin kapadonyo. Kalau manyeo bendi urang, usah sabendi jo rang lain, nan bukan suami awak. Jokok sabendi jo nan lain, basingguang kain samo kain, itu pantangan urang tuo, sabab mato paliangan Allah, dek hati paliangan setan, abih gali dek bagisia, ilang malu dek biaso. Parampuan kok tak bamalu, jadi cacek saumua iduik, bak dindiang tidak bapasak, bak pintu tidak bakunci, bak parahu tidak bakamudi. Jangan bak laku urang kini, heranlah mandeh mamandangi, dek adat bukan baitu, limbago jauah sakali, tidak dilingkuang cupak gantang, pantangan Datuk Parapatiah, larangan Katumangguangan, itu banamo piil sumbang, dalam kitab batagah bana, larangan Nabi sungguah-sungguah. Suami berhati malu, dek malu sayang kok abih, dek bangih banci mandatang, akia kalaknyo kamudian, arang abih basi binaso, ibu jo bapak ilang laliah. Nak kanduang si biran tulang, pagangkan bana pituah tu, buhua di dalam kabek pinggang. Sabab baitu janyo denai, buruak urang tidak dek urang, buruak karano dek lakunyo, laku nan buliah kito ubah, rupo jo roman nan tak buliah, cacek karano dek piilnyo, aib karano dek parangai, parangai buliah dibaiaki. Nak kanduang dangakan bana, kok basuo jo rang lain, baiak duduak di tangah rami, anak di dalam alek jamu, caliak usah dipatinggi, mato usah dipalia, pandang sakali lalu sajo, galak usah dipabanyak, binaso mudo dek itu. Jangan bak banyak mudo kini, malah sairiang samo gadang, atau di tangah alek jamu, tidak basopan bamudo hieh, caliaknyo tidak bahinggokan, pandang sarupo ka malawan, lah tampak hati baraninyo. Kok galak tidak bamaluan, galak sarupo baalamaik, lah batando iman kurang”. Manyahuik Siti Budiman: “Kok lah baitu kato mandeh, salamo hayat dikanduang, pituah tidak ambo lupokan, jadi tangka jadi ajimaik, ambo surekan dalam hati, alah ka sanang hati mandeh. Kok lai umua ambo panjang, sampai kapado cucu piuik, buliah ambo tunjuak ambo ajakan, nan bak pituah mandeh nan tun”. Tadanga di kato itu, bakato mandeh kanduangnyo: “Mano upiak Siti Budiman, lambek dari pado itu, malu jo sopan tidak babateh, baso jo basi tidak bahinggo, bialah kok laki awak bana, janganlah gugur baso-baso, pamanih muluik anak kanduang, gadangkan di tangah rami, muliekan di muka rapek, takuiklah anak lahia batin, usah mangana kiri kanan, jangan anak duo bicaro, iduik mati di tangan inyo. Sabagai pulo anak kanduang, anak kok banyak bapambayan, laki kok dijapuik urang, nan elok samo dipakai, nan lamak samo dimakan, bak itu sapanjang adat, dalam sarak basuruah pulo. Lapehlah jo hati suci, lapeh jo muko nan janiah, usahlah dangki anak sanan, jangan babantah bakalahi, usah badandam bakasumat, haram sapanjang kitab Allah. Jangan bak laku urang kini, malah batamu bapambayan, tidak bahati elok lai, sindia basindia jo birunguik, basigadang juliang mato, sampai bakabuang bakarumeh, bak anjiang barabuik tulang. Kalau dikanang-kanang bana, patuik malu kito sanan. Kok banyak urang nan maliek, barapo bisiak  tadanga dasia. Dangakan bana tu nak kanduang, jokok saiyo bapambayan, lai manaruah pangajian, sama sairiang tangah labuah, atau basamo-samo duduak, atau di dalam alek jamu, rundiang usah dipabanyak, muluik usah dipacipeh, banyak kato banyak nan salah. Anak kanduang si biran tulang, ingek-ingek anak di sanan, pakaikan garak dangan garik, liekkan ereang jo gendeangnyo, pakai taratik maratabat. Dangakan bana o nak kanduang, parangai urang basuami, kalau paningga laki awak, usah bajalan-jalan surang, usah panurun-nurun sanjo, jangan panagak tangah labuah, salah rupo pandang urang. Kalau nan adat parampuan, bapakai bana tu anak kanduang. Pai baalek jo ka pakan, atau kamano -mano, haruslah saijin laki juo. Luar nan dari pado itu, dari tangah ka pandapuran, kok tibo ukatu mandi, dari rumah ka tapian, limbago iduik bausao, pandai manakat manarawang, pandai mancukia jo batanun, tau di suri mato ka raok, tahu di pakan rabah tagak, arif jo bijak dipakainyo. Kok tak bapakai nan bak kian, bukan parampuan itu namonyo. Kato mandiang ninik kau, partamo banamo parampuan, kadua banamo simarewan, katigo mambang di awan. Dangakan bana anak kanduang, ditarangkan satu-satunyo, adopun sajati parampuan, tapakai taratik martabat, nan mandeh katokan cako. Nan banamo simarewan, paham bak gatah caia, elok iko katuju itu, bana bak pimpiang di lereang, bak baliang-baliang di bukik, kamano angin nan dareh, ka kiun pulo pikirannyo, walaupun balaki bana, bak umpamo tidak juo. Itu batin kutuak Allah, isi narako tujuah lampih. Nan banamo mambang di awan, ialah parampuan tinggi hati, kok mangecek samo gadang, atau barundiang di nan rami, anginnyo tidak ka nan lain, tasambia juo kalakinyo. Dibincang bapak si upiak, tasabuik bapak si buyuang, sabagai labiah dari urang. Pihak banyak balanjonyo, kasiah jo lakek dirumahnyo, tidak baranjak-ranjak amek, malagakkan tinggi pangkatnyo, suka nan lain manyamoi, itu nan banyak maso kini. Banyak den liek den pandangi, tingga di mandeh jo bapaknyo, anak nan tidak diajari, pahaman bana o nak kanduang, jauhi bana nan pantangan, bagai nan mandeh pitaruhkan”. Tadanga di kato itu, manyahuik Siti Budiman: “Kok lah baitu kato mandeh, nak ambo ganggam taguah-taguah, nak ambo buhua mati-mati, tidak kan lapeh siang malam, dipasuntiang jago jo tidua, ambo pamenan patang pagi, ambo paluit jo budi aluih, ambo tungkuih saribu aka, disimpan dangan haniang janiah, dikunci jo hati mukmin, alah ka sanang hati mandeh”. Tadanga di kato itu, bakato Siti Jauhari: “Malah baitu kato kau, sananglah hati mandeh kanduang, batolong Tuhan umua panjang. Kok lai manih-manih dagiang, nan kan diambiak ka minantu, jangan sambarang urang sajo, usah dipandang ameh perak, usah dipandang kain baju, jangan dipandang gadang urang, usah dicaliak elok rupo, caliaklah laku buatannyo, pandanglah laku parangainyo, kalau diuji samo merah, kalau ditahia samo barek, ingek-ingek mantaro balun, jangan manyasa kamudian. Lah banyak urang den pandangi, angan loba pikiran tamak, arok dibanyak ameh urang, elok dielok tampan urang, tidak diagak dipikiakan, akia kalaknyo kamudian, elok jo buruak galib tumbuah, di dalam korong jo kampuang, tangka jo caran tak bahinggo, ganti hino mahinokan, ganti cacek mancacekan, minantu dibincang urang. Kok lai baranak nyo jo awak, samo bamain jo kawannyo, kok tumbuah galuik jo kalahi, anak bacakak samo gadang, bapak disabuik urang juo, tasenseang hino mulienyo, tasabuik piil parangainyo, apo kan raso hati awak, langik nan mano kito sigi, bumi nan mano kito sawang, dirameh hati dikaluahkan, hino tibo sasalah tumbuah, dibasuah baabih aia, dikikia baabih basi, tak lipua dek hujan lai, lalu kacucu piuik kau, anak disabuik urang juo, ingek-ingek upiak di sanan, elok dahulu disasali, bak itu mungko tumbuah tuah. Sabagai lai anak kanduang, malah lah dapek jodoh hati, nan sauntuang saparuntuangan, batamu rueh jo buku, nan bak pituah den katokan, muluik nan usah dipabarek. Kok datang urang jauah hampia, naiak ka ateh rumah awak, kambangkan lapiak nan lai janiah, antakan siriah di carano. Kok lalu urang di halaman, baiak tuo atau mudonyo, jangan dipandang hino mulie, patuik disapo bao singgah, manihkan muluik jo paroman, bahaso tidak ka mambali. Usah bak baso urang kini, kok naiak urang karumahnyo, tidak paduli apo-apo, sapantun urang kagadangan, bahaso parangai nan bak kian, gadang bana mularaiknyo, karano barek tak kan ringan, nan jauah tidak ka ampia, nan tinggi tidak ka randah, janganlah itu dipakaikan”. Tadanga di kato itu, manjawab Siti Budiman: “Kok lah baitu janyo mandeh, kulipah nak ambo pacik, amanah nak ambo pakai.

SEMOGA ADA MANFAATNYA BUAT PEREMPUAN MINANG DI RANTAU
SELAMAT HARI IBU

disadur dari catatan FB, bapak Saiful guci

campur rasa




assalamu'alaikum dear.

lama tak bertukar kabar. banyak hal yang tlah terlewati. banyak rasa yang telah di coba, pahit, manis, sakit serasa menusuk, rasa di bunag, di campakkan, tak di pedulikan, tak di anggap, 
rasa perih yang menikam, ketika pikiran ku sampai pada titik, diri hanya di jadikan persinggahan sementara, tanpa ada kata permisi tanpa ada kata maaf, 

hati begitu rapuh, begitu berharap akan ada yang mengimbangi hidup, akan ada seseorang menyayangi dengan tulus, yang berniat menuju ridho ilahi, ka tampek manumpang kasarugo.

kembali lagi semua itu hanya mengantung di angan-angan. mengambang di awang awang. mereka bisa saja berkilah, gampang sekali untuk mencari penyelamatan diri. tanpa pernah peduli dampak dari perbuatan mereka terhadap orang lain.

oh dear. ntahlah dear, mungkin untuk berprasangka baik saja saat ini aku susah. 
begitu benci hati ini, semua simpatik ku hilang, terjun bebas. walaupun toh kalau memang "pernyataan" itu ada dari mulut nya, kemungkinan besar akan ada penolakan dari ku. tapi ntah kenapa, hati lebih memilih rasa kesel dengan sikapnya yg seenaknya. katanya sih baik, tapi semua hanya topeng, hanya untuk menarik simpatik sajah.  

dan bodoh nya lagi saya sempat terjerumus, iiiihh.. dan kamu tau sekarang dear, ntah kenapa aku ngk suka liat cewek itu, yg sekarang udah jd istrinya. ahaaii.  ngk cantik kok, biasa ajah. mungkin selevel kali sama dia. au ah,, orang2 aneh. sok kecakepan. ngk tau yah dear, kaya nya doi ngk tulus, mungkin untuk ngurus anaknya juga ngk tulus, tp whatever lah, itu urusan mereka. 

terima kasih 

semoga tuhan mengganti dengan jodoh yang terbaik buat gw. 
gw akan melangkah.  akan terus melangkah menuju sesuatu yg jauh lebih baik, episode ini sudah selesai. 

saat nya gw benahi hati, persiapkan diri, utk seseorang yang bener2 buat gw, bener2 jodoh gw, bener2 tulus, yg bener2 bisa jadi tumpangan kasarugo.