Rabu, 20 April 2016

Doa (bahasa cinta paling dahsyat)


Doa (bahasa cinta paling dahsyat)

Pagi itu.
"Lagi ngapain len? Baca buku? kesini aja duduk sama saya, ngobrol". Kata beliau sambil mengajakku utk duduk di sebelahnya. Ibu2 separuh baya berbadan sedeng, beliau pemilik hunian yang saya tempati sekarang.

Perlahan saya taruh buku di raknya, saya berjalan menghampiri beliau, utk kemudian duduk tepat di sebelahnya. Beliau memulai cerita perjalanan hidupnya, beliau 10 bersaudara, bapaknya seorang OB disalah satu instansi pemerintahan, dan ibunya seorang ibu rumah tangga.

"Dengan keluarga besar, yang tinggal d rmh kontrakan di salah satu kawasan padat  penduduk di jakarta, dngan gaji bapak yg pas2an, keluarga ibu makan seadanya, tahu atau ngk tempe dengan beras yg jauh dr kt bagus. Untuk kesekolah pun tak ada uang jajan, kami disuruh milih sama bapak, mau jajan atau sekolah". Ceritanya.

Hingga akhirnya sang bapak mendapatkan tawaran dr salah satu pedagang beras di tmp tinggalnya, utk bekerja sampingan. Dari situlah perlahan2 ekonomi keluarga beliau membaik, di bantu dengan ibu yg jualan gorengan. Hingga akhirny membentuk salah seorang anak yg terkenal dengan kelebihan ekonominya di tempat tinggal saya sekarang. "Juragan kontrakan".

Di akhir cerita saya bertanya. "Ibu, apa kunci sukses dari orang tua ibu, sehingga berhasil membentuk ibu yang seperti sekarang?".

Sambil tersenyum beliau menjawab "niat baik dan doa, bapak berniat ingin membahagiakan anak istrinya, ibu dan anak2 berdoa untuk kesuksesan bapak".

saya ikut tersenyum memandang senyum manis yang terukir di wajah beliau.

"Doa orang2 disekeliling kitalah yang menjadi anak tangga kita menuju kesuksesan, doa orang tua, doa keluarga dan doa orang2 yang mencintai kita. Doa yang akan menjaga, dan doa jugalah yang akan menguatkan hati ketika ujian datang menghadang."  Lanjut beliau, dengan senyum penuh kebahagiaan, sambil mata menerawang seperti mengenang masa lalu.

Rasa haru tak bisa ku bendung,
"Hebaat". Cuma kata itu yang keluar dari mulutku.

-maulid-
Depok, minggu 29 november 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar