Senin, 10 November 2014

Titip Ibuku Ya Allah







" Nak, bangun... udah adzan subuh. Sarapanmu udah ibu siapin di meja..."

Tradisi ini sudah berlangsung 20 tahun, sejak pertama kali aku bias
mengingat. Kini usiaku sudah kepala 3 dan aku jadi seorang karyawan
disebuah Perusahaan Tambang, tapii kebiasaan Ibu tak pernah berubah.



" Ibu sayang... ga usah repot-repot Bu, aku dan adik-adikku udah dewasa"

Pintaku pada Ibu pada suatu pagi. Wajah tua itu langsung berubah. Pun
ketika Ibu mengajakku makan siang di sebuah restoran. Buru-buru
kukeluarkan uang dan kubayar semuanya. Ingin kubalas jasa Ibu selama
ini dengan hasil keringatku. Raut sedih itu tak bisa disembunyikan.
Kenapa Ibu mudah sekali sedih ? Aku hanya bisa mereka-reka, mungkin
sekarang fasenya aku mengalami kesulitan memahami Ibu karena dari
sebuah artikel yang kubaca .... orang yang lanjut usia bisa sangat
sensitive dan cenderung untuk bersikap kanak-kanak ..... tapi
entahlah.... Niatku ingin membahagiakan malah membuat Ibu sedih.
Seperti biasa, Ibu tidak akan pernah mengatakan apa-apa.



Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya, " Bu, maafin aku kalau
telah menyakiti perasaan Ibu. Apa yang bikin Ibu sedih ? "

Kutatap sudut-sudut mata Ibu, ada genangan air mata di sana .
Terbata-bata Ibu berkata, " Tiba-tiba Ibu merasa kalian tidak lagi
membutuhkan Ibu. Kalian sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri
sendiri. Ibu tidak boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kalian, Ibu
tidak bisa lagi jajanin kalian. Semua sudah bisa kalian lakukan
sendiri ".



Ah, Ya Allah, ternyata buat seorang Ibu .. bersusah payah melayani
putra-putrinya adalah sebuah kebahagiaan. Satu hal yang tak pernah
kusadari sebelumnya. Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang
tua menjadi sedih karena kita tidak berusaha untuk saling membuka
dirii melihat arti kebahagiaan dari sudut pandang masing-masing.



Diam-diam aku bermuhasabah. ... Apa yang telah kupersembahkan untuk
Ibu dalam usiaku sekarang ? Adakah Ibu bahagia dan bangga pada putera
putrinya ? Ketika itu kutanya pada Ibu, Ibu menjawab, " Banyak sekali
nak kebahagiaan yang telah kalian berikan pada Ibu. Kalian tumbuh
sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan . Kalian berprestasi di
sekolah adalah kebanggaan buat Ibu. Kalian berprestasi di pekerjaan
adalah kebanggaan buat Ibu . Setelah dewasa, kalian berprilaku
sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu kebahagiaan buat Ibu. Setiap
kali binar mata kalian mengisyaratkan kebahagiaan di situlah
kebahagiaan orang tua."



Lagi-lagi aku hanya bisa berucap, " Ampunkan aku ya Allah kalau selama
ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada Ibu. Masih banyak
alasan ketika Ibu menginginkan sesuatu. "



Betapa sabarnya Ibuku melalui liku-liku kehidupan. Sebagai seorang
wanita karier seharusnya banyak alasan yang bisa dilontarkan Ibuku
untuk "cuti" dari pekerjaan rumah atau menyerahkan tugas itu kepada
pembantu. Tapi tidak! Ibuku seorang yang idealis. Menata keluarga,
merawat dan mendidik anak-anak adalah hak prerogatif seorang ibu yang
takkan bisa dilimpahkan kepada siapapun. Pukul 3 dinihari Ibu bangun
dan membangunkan kami untuk tahajud. Menunggu subuh Ibu ke dapur
menyiapkan sarapan sementara aku dan adik-adik sering tertidur lagi...
Ah, maafin kami Ibu .... 18 jam sehari sebagai "pekerja" seakan tak
pernah membuat Ibu lelah.. Sanggupkah aku ya Allah ?



" Nak... bangun nak, udah azan subuh .... sarapannya udah Ibu siapin
dimeja.. " Kali ini aku lompat segera.. kubuka pintu kamar dan
kurangkul Ibu sehangat mungkin, kuciumi pipinya yang mulai keriput,
kutatap matanya lekat-lekat dan kuucapkan, " Terimakasih Ibu, aku
beruntung sekali memiliki Ibu yang baik hati, ijinkan aku
membahagiakan Ibu...". Kulihat binar itu memancarkan kebahagiaan. ..
Cintaku ini milikmu, Ibu... Aku masih sangat membutuhkanmu. .. Maafkan
aku yang belum bisa menjabarkan arti kebahagiaan buat dirimu..



Sahabat.. tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat
"aku sayang padamu... ", namun begitu, Rasulullah menyuruh kita untuk
menyampaikan rasa cinta yang kita punya kepada orang yang kita cintai
karena Allah.



Ayo kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita ... Ibu
dan ayah walau mereka tak pernah meminta dan mungkin telah tiada.
Percayalah.. kata-kata itu akan membuat mereka sangat berarti dan
bahagia.



Wallaahua'lam



"Ya Allah, cintai Ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan
Ibu..., dan jika saatnya nanti Ibu Kau panggil, panggillah dalam
keadaan khusnul khatimah. Ampunilah segala dosa-dosanya dan sayangilah
ia sebagaimana ia menyayangi aku selagi aku kecil "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar